Minggu, 14 Desember 2014

CONTOH MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM



MAKALAH PENDIDIKAN AGAMA ISLAM




Nama              : Yushinta Ayu Rahma
Prody              : TI
NIM                : 130403010006







Imam Ghozali, S.Ag, M.Pd.I
Universitas Kanjuruhan Malang (UNIKAMA)
Tahun Pelajaran 2014













KATA PENGANTAR
                                                                                              
Assalamu Alaikum Wr. Wb.
Segala puji bagi allah yang telah menurunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi segenap manusia .dan semoga rahmat dan kesejahteraan dilimpahkan kepada jujungan kita ,nabi Muhammad rasul yang terahir yang telah membawa kita dari alam jahiliyah menuju alam ilmiyah , dan kepada para ulama’ dan para pemeluk islam dimanapun berada .
Teriring rasa syukur ke hadirat allah SWT. Yang telah melimpahkan rahmat dan taufiqnya kepada kami , sehingga kami dapat menyelesaikan makalah kami yang membahas tentang :
1)      Hukum Berpartisipasi dalam Perayaan Agama Nasrani
2)      Perayaan Valentine’s Day  sebagai Syi’ar Agama Nasrani
3)      Aliran-aliran Sesat dan Menyesatkan yang Berkembang di Indonesia
4)      Implementasi Iman dan Taqwa dalam Kehidupan Modern
5)      Pendidikan dalam Perspektif Aswaja
Kepada para ulama’ dan pembaca ,kami mengharapkan tegur sapanya dalam mengevaluasi makalah kami ini untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah kami selanjutnya
Billahi taufiq Walhidayah
Summassalamu Alaikum Wr. Wb









BAB I
PENDAHULUAN

1.      LATAR BELAKANG
Indonesia adalah sebuah negara yang banyak memiliki keanekaragaman baik dari segi suku agama ras dan antar golongan (SARA).kemudian Agama merupakan jawaban terhadap kebutuhan rasa aman terutama pada hati manusia, banyak umat manusia yang telah merasa menemukan agama/ jalan hidupnya sesuai dengan keyakinannya sendiri sendiri.
Setiap agama juga mempunyai hal hal mitos yang dipercaya oleh umatnya yang kemudian membuat mereka percaya dan memuja apa yang telah mereka anggap sebagai suatu kekuatan yang luar biasa, berbagai agama memberikan nama yang berbeda pada apa yang disebut sebagai kekuatan luar biasa tersebut .
Dalam melaksanakan pemujaan ada yang dilaksanakan setiap hari dan ada juga yang seminggu sekali atau setiap tahun sekali, selain pemujaan terhadap kekuatan luar biasa tersebut para umat beragama juga melaksanakan dan merayakan upacara yang dilaksanakan tiap tahun untuk menghormati hari hari bersejarah dalam sejarah keagamaan mereka., Oleh karena itu dalam makalah ini nanti kita akan membahas tentang :
1)      Hukum Berpartisipasi dalam Perayaan Agama Nasrani
2)      Perayaan Valentine’s Day  sebagai Syi’ar Agama Nasrani
3)      Aliran-aliran Sesat dan Menyesatkan yang Berkembang di Indonesia
4)      Implementasi Iman dan Taqwa dalam Kehidupan Modern
5)      Pendidikan dalam Perspektif Aswaja
Seperti yang terjadi di indonesia telah kita ketahui bahwa agama-agama di indonesia yaitu agama islam,kristen,budha,hindu,konhuchu dll.dalam suatu agama tersebut memiliki hari-hari besar agamanya masing-masing dan pastipun banyak di kalngan masyarakat yang belum mengerti atau memahami hal-hal tersebut.
Sebagai manusia kita tidak bisa menafikan bahwa kita adalah makhluk social. Karena dalam hidupnya, manusia tidak terlepas dari adanya manusia lain. Mereka saling berinteraksi, terutama dalam memenuhi hajat hidupnya. Walaupun pada realitanya banyak terjadi perbedaan-perbedaan di antara mereka, tetapi itu semua tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak berinteraksi bahkan saling membenci. Karena pada hakekatnta perbedaan itu adalah sunatullah yang harus kita sikapi dengan arif.
Apalagi walaupun berbeda-beda, tetapi pada dasarnya semua manusia itu adalah saudara dan mempunyai persamaan sebagai makhluk Allah. Bahkan hingga sampai perbedaan agama, sebagai suatu perbedaan yang sangat mendasar. Kita masih diwajiblkan untuk saling menghormati dan mengasihi. Akan tetapi pada praktiknya justru masih banyak terjadi perdebatan.
2.      RUMUSAN MASALAH
1)      Apa Hukum Mengucapkan Selamat Natal (Hari Besar Agama Lain)?
2)      Apa Hukum Memakan Hidangan dalam Perayaan Agama Nasrani?
3)      Apakah Valentine’s Identik dengan Pergaulan Bebas (free sex) dan Perzinaan?
4)      Apa saja Aliran-aliran Sesat dan Menyesatkan yang Berkembang di Indonesia?
5)      Apa Pengertian Iman dan Taqwa?
3.      TUJUAN
1)      Untuk mengetahui hukum Mengucapkan Selamat Natal (Hari Besar Agama Lain)
2)      Untuk mengetahui hukum Memakan Hidangan dalam Perayaan Agama Nasrani
3)      Untuk mengatahui apakah Valentine’s Identik dengan Pergaulan Bebas (free sex) dan Perzinaan
4)      Untuk mengatahui apasaja Aliran-aliran Sesat dan Menyesatkan yang Berkembang di Indonesia
5)      Untuk mengetahui Pengertian Iman dan Taqwa
4.      MANFAAT
1)      Mahasiswa dapat mengetahui hukum Mengucapkan Selamat Natal (Hari Besar Agama Lain)
2)      Mahasiswa dapat mengetahui hukum Memakan Hidangan dalam Perayaan Agama Nasrani
3)      Mahasiswa dapat mengatahui apakah Valentine’s Identik dengan Pergaulan Bebas (free sex) dan Perzinaan
4)      Mahasiswa dapat apasaja Aliran-aliran Sesat dan Menyesatkan yang Berkembang di Indonesia
5)      Mahasiswa dapat mengetahui Pengertian Iman dan Taqwa
BAB II
PEMBAHASAN
1.      Hukum Berpartisipasi dalam Perayaan Agama Nasrani
A.    Analisis Permasalahan Hukum Mengucapkan Selamat Natal (Hari Besar Agama Lain)
Banyak ulama berpendapat bahwa mengucapkan “selamat Natal” dilarang oleh ajaran Islam. Di antara adanya larangan ini adalah bahwa mengucapkan “selamat Natal” berarti membenarkan ajaran Kristen. Alasan lain adalah bid’ah, “semua bid’ah itu sesat, dan segala kesesatan itu berada dalam neraka”. Alasan lain yaitu menyerupai orang kafir, “barang siapa yang serupa dengan suatu kaum, maka ia termasuk bagianya”. Sebagaimana telah menjadi pengetahuan umum, bahwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengharamkan ucapan “selamat Natal” atau yang serupa dengan itu , dengan alasan teologi di atas.
Akan tetapi alasan tersebut tidak begitu saja diterima, karena ternyata banyak juga nash yang secara eksplisit atau implisit membolehkan hal tersebut. Seperti sikap atau tindakan seorang muslim terhadp golongan non muslim yang menerima kaum muslim, tidak memusuhi, tidak menyakiti dan tidak membunuh. Berikut adalah firman Allah dalam surat al Mumtahanah ayat 8-9:
“Allah tiada melarang kamu untuk berbuat baik dan berlaku adil orang-orang yang tiada memerangi karena agama dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil. Sesungguhnya Allah hanya melarang kamu menjadikan kawanmu orang-orang yang memerangi kamu karena agama dan mengusir kamu dari negerimu serta membantu (orang lain) untuk mengusirmu. Barang siapa yang menjadikan mereka sebagai kawan, maka mereka itulah orang-orang dzalim.” (al-Mumtahanah: 8-9)
Dalam dua ayat di atas, Allah membedakan antara orang-orang yang berserah diri kepada kaum muslimin dan orang-orang yang memerangi kaum muslimin. Jadi Allah membolehkan kepada kita untuk berkawan dan bergaul kepada orang-orang non muslim yang tidak memusuhi Islam. Akan tetapi melarang berkawan atau bergaul dengan dengan orang non muslim yang memusuhi Islam. Artinya kita boleh untuk berbuat baik kepada mereka selagi mereka tidak memusuhi kita, bahkan kita juga di haramkan untuk membunuh orang kafir semacam itu. Adapun salah satu berbuat baik kepada mereka adalah mengucapkan salam, atau hal lain yang serupa.
Dalam sebuah riwayat dari Asma binti Abu Bakar diceritakan abhwa seseorang datang kepada Rasulullah dan berkata: “Wahai Rasulullah, Ibuku datang padaku dan ia masih musyrik, tetapi ia mencintaiku (sering menghubungi dan member hadiah). Apakah aku harus berhubungan (bergaul denganya)?” Beliau bersabda: Pergaulilah ibumu (meskipun pada saat itu ibumu masih musyrik)”. Maka seperti yang telah kita ketahui bahwa Islam tidak keras (kasar) dalam bersikap kepada ahli kitab.[7] Sampai al Qur’an sendiri membolehkan untuk memakan makanan mereka. Seperti Firman-Nya:
“Makanan (sembelihan) orang-orang yang diberi al kitab itu halal bagimu, dan makanan kamu halal (pula) bagi mereka.(dan dihalalkan mengawini) wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara wanita-wanita yang beriman dan wanita-wanita yang menjaga kehormatan di antara orang-orang yang diberi Alkitab sebelum kamu.” (al Maidah: 5).
Tidak hanya nash dalam al Qur’an, perintah untuk berbuat baik kepada umat non muslim juga diperintahkan oleh Nabi SAW melalui hadits-haditsnya. Seperti hadits Rasulullah saat berpesan pada Abu Dzar:
اِتَّقِ اللّه حَيْثُمَا كُنْتَ وَاَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ حَسَنٍ
“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja kamu berada, ikutilah perbuatan jelek dengan perbuataan baik yang akan menghapusnya, dan bergaulah dengan manusia dengan baik”. (HR Tirmidzi dan Ahmad)
Dalam hadits di atas Rasulullah menyebutkan “pergaulilah manusia” bukan “pergaulilah kaum muslim” dengan baik. Rasulullah juga menganjurkan agar umat Islam bergaul dengan ramah terhadap orang-orang non muslim, sekaligus untuk berhati-hati terhadap tipu daya dan maker mereka.[9] Dalam hadits muttafaq alaih dan Aisyah juga disebutkan bahwa suatu ketika beberapa orang Yahudi masuk menemui Nabi SAW, seraya mengucapkan selamat, “As sam bagimu Muhammad (artinya adalah celaka atau maut)”. Aisyah ra yang mendengar itu langsung berkata, “bagi kalian as sam dan laknat wahai musuh-musuh Allah.” Kemudian Rasulullah menghentikanya seraya bersabda:
مَهْلاً يَا عاَئِشَةُ اِنَّ الله يُحِبُّ الرَّفْقَ فىِ الاَمْرِ كُلِّهِ فَقُلْتُ ياَ رَسُوْلُ اللهِ اَوَلَمْ تَسْمَعْ مَا قاَلوْا قَالَ رَسُوْلُ اللهِ ص. م. قَدْ قُلْتُ وَعَلَيْكُمْ
“Tenanglah wahai Aisyah, sesungguhnya Allah menyukai keramahan dalam setiap perintah-Nya.” Aisyah berkata, “wahai Rasulullah, apakah engkau tidak mendengar apa yang meeka ucapkan?”Rasulullah menjawab “aku mendengarnya dan berkata waalaikum (yaitu maut akan datang sebagaimana akan datang kepadaku).” (Muttafaq alaih dan Aisyah)
Dari uraian diatas, jelas tidk adanya larangan mengcakan selamat ada hari raya mereka (orang kafir) sebagaimana dituturkan penanya. Karena mereka juga mengucapkan selamat pada kita bertepatan dengan hari raya Islam. Kita juga telah diperintahkan membalas kebaikan dengan kebaikan dan membalas ucapan selamat (tahni’ah) dengan lebih baik. Sebagaimana difirmankan Allah:
“Apabila kamu dihormati dengan suatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik atau balaslah dengan yang serupa.” (an-Nisa’: 86)
Tidaklah pantas kalau seorang muslim berlaku tidak baik, tidak menghormati dan kurang berakhlak dengan pemeluk agama lain. Bahkan sebaliknya seorang muslim lebih menghormati, lebih beradab dan lebih berakhlak yang sempurna. Seperti dinyatakan hadits Nabi dibawah ini:
اَكْمَلُ الْمُؤْمِنِيْنَ اِيْمَاناً اَحْسَنُهُمْ خُلُقًا
Artinya: “Adalah orang-orang mukmin lebih sempurna iman dan akhlaknya.” (HR Ahmad, Abu Dawud, Ibnu Hibban dan al Hakim)
اِنَّمَا بُعِثْتُ لِاُتَمِّمَ مَكَارِمَ الْاَخْلاق
Artinya: “Sesunguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlak mulia.” (HR Bukhari)
Nabi sendiri adalah orang yang paling sering mempraktekan sikap santun. Beliau bergaul dengan baik dengan orang-orang musyrik selama periode Makkah. Walaupun mereka terus menyakiti beliau dan para sahabat.
B.     Hukum Mengucapkan Selamat Natal (Hari Besar Agama Lain)
Dari analisis di atas, berdasarkan beberapa dalil, maka tidak ada larangan bagi umat Islam, baik atas nama pribadi maupun lembaga dalam mengucapkan hari raya Natal atau hari besar umat agama lain dengan kata-kata atau kartu selamat yang tidak mengandung syiar atau symbol agama mereka yang bertentangan dengan ajaran Islam, seperti salib.
Namun, kata-kata selamat dalam perayaan hari besar agama mereka jangan sampai mengandung unsure pengakuan terhadap agama mereka atau ridlo terhadap mereka. Tetapi hanya kata-kata biasa yang dikenal khalayak umum. Juga tidak ada larangan menerima hadiah-hadiah dari mereka. Nabi sendiri pernah menerima hadiah dari non-muslim, seperti hadiah dari Muqaiqus Agung, seorang pendeta Mesir. Tetapi, hadiah itu bukanlah yang diharamkan agama, seperti khamer dan daging babi.
M. Quraish Shihab mengatakan bahwa ada ayat al Qur’an yang mengabadikan ucapan selamat Natal yang pernah diucapkan oleh Nabi Isa. Jadi ucapan itu tidak terlarang kepada siapa saja. Dengan alasan memahami dan mengerti apakah orang muslim yang mengucapkan ucapan itu (ucapan Natal) memahami dan menghayati ucapan itu? Apabila tidak, maka tidak dilarang. Apakah ucapan itu tidak lebih untuk sekedar ucapan dalam pergaulan dan persaudaraan seperti selamat pagi, selamat siang, selamat sore dan selamay ulang tahun, tanpa dihayati? Apabila iya, maka ucapan itu tidak dilarang. Apakah ucapan itu membuat orang-orang muslim yang mengucapkanya percaya pada mereka? Apabila tidak, maka tidak dilarang. Apakah mengucapkan selaat Natal mendorong orang-orang yang mengucapkanya percaya bahwa Isa adalah Tuhan. Apabila tidak, maka tidak dilarang.
Hal ini sarat terjadi di Indonesia. Karena bangsa Indonesia hidup dalam Plural society, yaitu masyarakat yang serba ganda, terutama ganda dalam masalah agama. Hal inilah yang menyebabkan praktek mengucapkan selamat Natal atau Hari raya agama lain. Akan tetapi tidak hanya Natal, masih banyak hari raya selain Kristen, seperti hari raya Nyepi dari agama Hidu, Waisak dari agama Budha dan peringatan dari agama lainya. Semua itu boleh dilakukan jika dalam pelaksaanya tidak menyalahi aturan di atas.


C.     Memakan Hidangan dalam Perayaan Agama Nasrani
Bagaimana sikap kita jika tetangga kita memberikan makanan Natal pada tanggal 25 Desember? Apakah makanan tersebut kita buang, atau kita tolak, meskipun jika penolakan kita menyebabkan kesalahpahaman mereka terhadap kita? Jazaakumullah khairan.
Alhamdulillah :
Pertama:
Dibolehkan bagi seorang muslim, menerima hadiah dari orang-orang kafir atau memberikan mereka hadiah. Khususnya jika mereka termasuk kerabat. Dalilnya adalah:
a. Dari Abu Humaid As-Sa’idy, dia berkata, ‘Kami berperang bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada perang Tabuk, lalu raja Ailah memberi hadiah kepada Nabi shallallahu alaihi wa sallam berupa baghlah putih, maka beliau mengenakan padanya burdah…” (HR. Bukhari, no. 2990)
b. Dari Katsir bin Abbas bin Abdul-Muththalib, dia berkata, ‘Abbas berkata, ‘Aku ikut perang Hunain bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu aku dan Abu Sufyan bin Al-Harits bin Abdul-Muththalib selalu berada di samping Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam sedangkan beliau menunggang baghlah putih, pemberian dari Farwah bin Nufasah Al-Juzami.’ (HR. Muslim, no. 1775)
Hal ini (menerima hadiah dari orang kafir) juga dilakukan para shahabat berdasarkan izin dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam pada masanya. Ibunya Asma –yang musyrik- mengunjungi puterinya, lalu Nabi shallallahu alaihi wa sallam mengizinkan Asma untuk menyambung hubungan dengannya. Juga terdapat riwayat bahwa Umar bin Khattab memberi hadiah berupa pakaian kepada saudaranya yang masih musyrik. Kedua riwayat tersebut terdapat dalam dua kitab shahih .
Kesimpulannya adalah bahwa dibolehkan bagi seorang muslim memberi hadiah kepada orang kafir dan menerima hadiah dari mereka.
Kedua:
Adapun tentang hadiah pada hari raya mereka, maka tidak dibolehkan memberinya kepada mereka, serta tidak boleh juga menerimanya dari mereka, karena hal tersebut berarti mengagungkan hari raya mereka dan pengakuan terhadapnya serta membantu kekufurannya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiah, rahimahullah, berkata, Siapa yang memberikan hadiah kepada kaum muslim pada hari raya mereka, tidak seperti kebiasaannya atau waktu lainnya, selain hari raya tersebut, maka hadiahnya tidak diterima. Khususnya apabila hadiah tersebut digunakan untuk menyerupai mereka, seperti hadiah lilin dan semacamnya pada hari Natal, atau hadiah telor, susu, kambing dalam hari raya ‘Kamis kecil’ pada akhir puasa mereka.
Demikian pula tidak dibolehkan memberi hadiah kepada siapapun dari kalangan muslimin karena moment hari raya mereka, khususnya jika hal tersebut berupa sesuatu yang membuatnya menyerupai orang kafir sebagaimana telah kami sebutkan.
Begitu pulla tidak dibolehkan menjual kepada seorang muslim, sesuatu yang dapat membantunya untuk menyerupai orang kafir pada hari raya mereka, baik berupa makanan, pakaian dan semacamnya. Karena hal tersebut berarti membantu dalam kemungkaran. (Iqtidha Ash-Shiratal Mustaqim, hal. 227)
Beliau (Syaikhul Islam, Ibnu Taimiah) juga berkata, ‘Adapun seorang muslim menjual kepada orang kafir sesuatu yang dapat membantu mereka pada hari raya mereka, berupa makanan, pakaian, wewangian dan semacamnya atau menjadikannya sebagai hadiah kepada mereka, maka hal tersebut membantu mereka dalam hari raya mereka yang diharamkan. Kesimpulannya berlandaskan pada sebuah prinsip bahwa tidak boleh menjual anggur kepada orang kafir yang akan menjadikannya sebagai khamar. Demikian pula menjual senjata kepada orang yang akan memerangi kaum muslimin dengan senjata tersebut. (Iqtidha Ash-Shiratal Mustaqim, hal. 229)
Ibnu Al-Qoyim, rahimahullah berkata tentang hari raya Ahlul Kitab, ‘Sebagaimana halnya mereka tidak boleh menampakkannya, maka tidak boleh pula bagi kaum muslimin membantunya atau menghadirinya berdasarkan kesepakatan para ulama. Para fuqoha pengikut imam yang empat telah menegaskan dalam kitab-kitab mereka…. Kemudian Syaikhul Islam menyebutkan perkataan para imam dan pernyataan mereka yang melarang hal tersebut. (Ahkam Ahlizzimmah, 3/1245-1250). Perhatikan pula jawaban soal 12666.
Ketiga:
Tidak boleh bagi seorang muslim untuk menganggap remeh perkara agamanya, wajib baginya untuk menampakkan hukum-hukumnya. Bukankah mereka (orang kafir) telah mengumumkan agama mereka dan menampakkan syiar-syiarnya seperti hari raya mereka. Maka kitapun wajib menampakkan dan mengumumkan penolakan terhadap hadiah-hadiah mereka, dan tidak ikut menghadiri serta menolong mereka dalam hari raya mereka. Ini termasuk syiar agama mereka. Kita mohon, semoga Allah selalu memberi kita kejelasan tentang hukum agamanya dan memberi kita kekuatan untuk mengamalkannya dan teguh di jalannya.
Wallahu a’lam.
2.      Perayaan Valentine’s Day  sebagai Syi’ar Agama Nasrani
a)      Perusak Moral dan Aqidah Generasi Muslim
Kerusakan Pertama: Merayakan Valentine Berarti Meniru-niru Orang Kafir
Agama Islam telah melarang kita meniru-niru orang kafir (baca: tasyabbuh). Larangan ini terdapat dalam berbagai ayat, juga dapat ditemukan dalam beberapa sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dan hal ini juga merupakan kesepakatan para ulama (baca: ijma’). Inilah yang disebutkan oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam kitab beliau Iqtidho’ Ash Shiroth Al Mustaqim (Ta’liq: Dr. Nashir bin ‘Abdil Karim Al ‘Aql, terbitan Wizarotusy Syu’un Al Islamiyah).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan agar kita menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
إِنَّ الْيَهُودَ وَالنَّصَارَى لاَ يَصْبُغُونَ ، فَخَالِفُوهُمْ
“Sesungguhnya orang Yahudi dan Nashrani tidak mau merubah uban, maka selisihlah mereka.” (HR. Bukhari no. 3462 dan Muslim no. 2103) Hadits ini menunjukkan kepada kita agar menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani secara umum dan di antara bentuk menyelisihi mereka adalah dalam masalah uban. (Iqtidho’, 1/185)
Dalam hadits lain, Rasulullah menjelaskan secara umum supaya kita tidak meniru-niru orang kafir. Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Barangsiapa yang menyerupai suatu kaum, maka dia termasuk bagian dari mereka.” (HR. Ahmad dan Abu Dawud. Syaikhul Islam dalam Iqtidho’ [hal. 1/269] mengatakan bahwa sanad hadits ini jayid/bagus. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shohih sebagaiman dalam Irwa’ul Gholil no. 1269).
Telah jelas di muka bahwa hari Valentine adalah perayaan paganisme, lalu diadopsi menjadi ritual agama Nashrani. Merayakannya berarti telah meniru-niru mereka.
Kerusakan Kedua: Menghadiri Perayaan Orang Kafir Bukan Ciri Orang Beriman
Allah Ta’ala sendiri telah mencirikan sifat orang-orang beriman. Mereka adalah orang-orang yang tidak menghadiri ritual atau perayaan orang-orang musyrik dan ini berarti tidak boleh umat Islam merayakan perayaan agama lain semacam valentine. Semoga ayat berikut bisa menjadi renungan bagi kita semua.
Allah Ta’ala berfirman,
وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ وَإِذَا مَرُّوا بِاللَّغْوِ مَرُّوا كِرَامًا
“Dan orang-orang yang tidak menyaksikan perbuatan zur, dan apabila mereka bertemu dengan (orang-orang) yang mengerjakan perbuatan-perbuatan yang tidak berfaedah, mereka lalui (saja) dengan menjaga kehormatan dirinya.” (QS. Al Furqon [25]: 72)
Ibnul Jauziy dalam Zaadul Maysir mengatakan bahwa ada 8 pendapat mengenai makna kalimat “tidak menyaksikan perbuatan zur”, pendapat yang ada ini tidaklah saling bertentangan karena pendapat-pendapat tersebut hanya menyampaikan macam-macam perbuatan zur. Di antara pendapat yang ada mengatakan bahwa “tidak menyaksikan perbuatan zur” adalah tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Inilah yang dikatakan oleh Ar Robi’ bin Anas.
Jadi, ayat di atas adalah pujian untuk orang yang tidak menghadiri perayaan orang musyrik. Jika tidak menghadiri perayaan tersebut adalah suatu hal yang terpuji, maka ini berarti melakukan perayaan tersebut adalah perbuatan yang sangat tercela dan termasuk ‘aib (Lihat Iqtidho’, 1/483). Jadi, merayakan Valentine’s Day bukanlah ciri orang beriman karena jelas-jelas hari tersebut bukanlah hari raya umat Islam.
Kerusakan Ketiga: Mengagungkan Sang Pejuang Cinta Akan Berkumpul Bersamanya di Hari Kiamat Nanti
Jika orang mencintai Allah dan Rasul-Nya, maka dia akan mendapatkan keutamaan berikut ini.
Dari Anas bin Malik, beliau mengatakan bahwa seseorang bertanya pada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
مَتَّى السَّاعَةُ يَا رَسُولَ اللَّهِ
“Kapan terjadi hari kiamat, wahai Rasulullah?”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
مَا أَعْدَدْتَ لَهَا
“Apa yang telah engkau persiapkan untuk menghadapinya?”
Orang tersebut menjawab,
مَا أَعْدَدْتُ لَهَا مِنْ كَثِيرِ صَلاَةٍ وَلاَ صَوْمٍ وَلاَ صَدَقَةٍ ، وَلَكِنِّى أُحِبُّ اللَّهَ وَرَسُولَهُ
“Aku tidaklah mempersiapkan untuk menghadapi hari tersebut dengan banyak shalat, banyak puasa dan banyak sedekah. Tetapi yang aku persiapkan adalah cinta Allah dan Rasul-Nya.”
Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata,
أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ
“(Kalau begitu) engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Dalam riwayat lain di Shohih Bukhari, Anas mengatakan,
فَمَا فَرِحْنَا بِشَىْءٍ فَرَحَنَا بِقَوْلِ النَّبِىِّ – صلى الله عليه وسلم – « أَنْتَ مَعَ مَنْ أَحْبَبْتَ » . قَالَ أَنَسٌ فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kami tidaklah pernah merasa gembira sebagaimana rasa gembira kami ketika mendengar sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam: Anta ma’a man ahbabta (Engkau akan bersama dengan orang yang engkau cintai).”
Anas pun mengatakan,
فَأَنَا أُحِبُّ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – وَأَبَا بَكْرٍ وَعُمَرَ ، وَأَرْجُو أَنْ أَكُونَ مَعَهُمْ بِحُبِّى إِيَّاهُمْ ، وَإِنْ لَمْ أَعْمَلْ بِمِثْلِ أَعْمَالِهِمْ
“Kalau begitu aku mencintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, Abu Bakar, dan ‘Umar. Aku berharap bisa bersama dengan mereka karena kecintaanku pada mereka, walaupun aku tidak bisa beramal seperti amalan mereka.”
Bandingkan, bagaimana jika yang dicintai dan diagungkan adalah seorang tokoh Nashrani yang dianggap sebagai pembela dan pejuang cinta di saat raja melarang menikahkan para pemuda. Valentine-lah sebagai pahlawan dan pejuang ketika itu. Lihatlah sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di atas: “Kalau begitu engkau bersama dengan orang yang engkau cintai”. Jika Anda seorang muslim, manakah yang Anda pilih, dikumpulkan bersama orang-orang sholeh ataukah bersama tokoh Nashrani yang jelas-jelas kafir?
Siapa yang mau dikumpulkan di hari kiamat bersama dengan orang-orang kafir[?] Semoga menjadi bahan renungan bagi Anda, wahai para pengagum Valentine!
Kerusakan Keempat: Ucapan Selamat Berakibat Terjerumus Dalam Kesyirikan dan Maksiat
“Valentine” sebenarnya berasal dari bahasa Latin yang berarti: “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Yang Maha Kuasa”. Kata ini ditujukan kepada Nimrod dan Lupercus, tuhan orang Romawi. (Dari berbagai sumber)
Oleh karena itu disadari atau tidak, jika kita meminta orang menjadi “To be my valentine (Jadilah valentineku)”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala.
Kami pun telah kemukakan di awal bahwa hari valentine jelas-jelas adalah perayaan nashrani, bahkan semula adalah ritual paganisme. Oleh karena itu, mengucapkan selamat hari kasih sayang atau ucapan selamat dalam hari raya orang kafir lainnya adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan kesepakatan para ulama (baca: ijma’ kaum muslimin), sebagaimana hal ini dikemukakan oleh Ibnul Qoyyim rahimahullah dalam kitabnya Ahkamu Ahlidz Dzimmah (1/441, Asy Syamilah). Beliau rahimahullah mengatakan, “Adapun memberi ucapan selamat pada syi’ar-syi’ar kekufuran yang khusus bagi orang-orang kafir (seperti mengucapkan selamat natal atau selamat hari valentine, pen) adalah sesuatu yang diharamkan berdasarkan ijma’ (kesepakatan) kaum muslimin. Contohnya adalah memberi ucapan selamat pada hari raya dan puasa mereka seperti mengatakan, ‘Semoga hari ini adalah hari yang berkah bagimu’, atau dengan ucapan selamat pada hari besar mereka dan semacamnya. Kalau memang orang yang mengucapkan hal ini bisa selamat dari kekafiran, namun dia tidak akan lolos dari perkara yang diharamkan. Ucapan selamat hari raya seperti ini pada mereka sama saja dengan kita mengucapkan selamat atas sujud yang mereka lakukan pada salib, bahkan perbuatan seperti ini lebih besar dosanya di sisi Allah. Ucapan selamat semacam ini lebih dibenci oleh Allah dibanding seseorang memberi ucapan selamat pada orang yang minum minuman keras, membunuh jiwa, berzina, atau ucapan selamat pada maksiat lainnya.”
Kerusakan Kelima: Hari Kasih Sayang Menjadi Hari Semangat Berzina
Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang. Na’udzu billah min dzalik.
Padahal mendekati zina saja haram, apalagi melakukannya. Allah Ta’ala berfirman,
وَلَا تَقْرَبُوا الزِّنَا إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاءَ سَبِيلًا
“Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk.” (QS. Al Isro’ [17]: 32)
Dalam Tafsir Jalalain dikatakan bahwa larangan dalam ayat ini lebih keras daripada perkataan ‘Janganlah melakukannya’. Artinya bahwa jika kita mendekati zina saja tidak boleh, apalagi sampai melakukan zina, jelas-jelas lebih terlarang.
Kerusakan Keenam: Meniru Perbuatan Setan
Menjelang hari Valentine-lah berbagai ragam coklat, bunga, hadiah, kado dan souvenir laku keras. Berapa banyak duit yang dihambur-hamburkan ketika itu. Padahal sebenarnya harta tersebut masih bisa dibelanjakan untuk keperluan lain yang lebih bermanfaat atau malah bisa disedekahkan pada orang yang membutuhkan agar berbuah pahala. Namun, hawa nafsu berkehendak lain. Perbuatan setan lebih senang untuk diikuti daripada hal lainnya. Itulah pemborosan yang dilakukan ketika itu mungkin bisa bermilyar-milyar rupiah dihabiskan ketika itu oleh seluruh penduduk Indonesia, hanya demi merayakan hari Valentine. Tidakkah mereka memperhatikan firman Allah,
وَلا تُبَذِّرْ تَبْذِيرًا إِنَّ الْمُبَذِّرِينَ كَانُوا إِخْوَانَ الشَّيَاطِينِ
“Dan janganlah kamu menghambur-hamburkan (hartamu) secara boros. Sesungguhnya pemboros-pemboros itu adalah saudara-saudara syaitan.” (QS. Al Isro’ [17]: 26-27). Maksudnya adalah mereka menyerupai setan dalam hal ini. Ibnu Mas’ud dan Ibnu ‘Abbas mengatakan, “Tabdzir (pemborosan) adalah menginfakkan sesuatu pada jalan yang keliru.” (Lihat Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim)
b)     Valentine Berasal dari Budaya Syirik.

Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”.
Disadari atau tidak ketika kita meminta orang menjadi “to be my Valentine”, berarti sama dengan kita meminta orang menjadi “Sang Maha Kuasa”. Jelas perbuatan ini merupakan kesyirikan yang besar, menyamakan makhluk dengan Sang Khalik, menghidupkan budaya pemujaan kepada berhala. Icon si “Cupid (bayi bersayap dengan panah)” itu adalah putra Nimrod “the hunter” dewa matahari.
Disebut tuhan cinta, karena ia rupawan sehingga diburu wanita bahkan ia pun berzina dengan ibunya sendiri. Islam mengharamkan segala hal yang berbau syirik, seperti kepercayaan adanya dewa dan dewi. Dewa cinta yang sering disebut-sebut sebagai dewa Amor, adalah cerminan aqidah syirik yang di dalam Islam harus ditinggalkan jauh-jauh. Padahal atribut dan aksesoris hari valentine sulit dilepaskan dari urusan dewa cinta ini.
Walhasil, semangat Valentine ini tidak lain adalah semangat yang bertabur dengan simbol-simbol syirik yang hanya akan membawa pelakunya masuk neraka, naudzu billahi min zalik.

c)      Valentine’s Identik dengan Pergaulan Bebas (free sex) dan Perzinaan

Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
Dalam semangat hari Valentine itu, ada semacam kepercayaan bahwa melakukan maksiat dan larangan-larangan agama seperti berpacaran, bergandeng tangan, berpelukan, berciuman, petting bahkan hubungan seksual di luar nikah di kalangan sesama remaja itu menjadi boleh. Alasannya, semua itu adalah ungkapan rasa kasih sayang, bukan nafsu libido biasa.
Bahkan tidak sedikit para orang tua yang merelakan dan memaklumi putera-puteri mereka saling melampiaskan nafsu biologis dengan teman lawan jenis mereka, hanya semata-mata karena beranggapan bahwa hari Valentine itu adalah hari khusus untuk mengungkapkan kasih sayang.
Padahal kasih sayang yang dimaksud adalah zina yang diharamkan. Orang barat memang tidak bisa membedakan antara cinta dan zina. Ungkapan make love yang artinya bercinta, seharusnya sedekar cinta yang terkait dengan perasan dan hati, tetapi setiap kita tahu bahwa makna make love atau bercinta adalah melakukan hubungan kelamin alias zina. Istilah dalam bahasa Indonesia pun mengalami distorsi parah.
Misalnya, istilah penjaja cinta. Bukankah penjaja cinta tidak lain adalah kata lain dari pelacur atau menjaja kenikmatan seks?Di dalam syair lagu romantis barat yang juga melanda begitu banyak lagu pop di negeri ini, ungkapan make love ini bertaburan di sana sini. Buat orang barat, berzina memang salah satu bentuk pengungkapan rasa kasih sayang. Bahkan berzina di sana merupakan hak asasi yang dilindungi undang-undang.
Bahkan para orang tua pun tidak punya hak untuk menghalangi anak-anak mereka dari berzina dengan teman-temannya. Di barat, zina dilakukan oleh siapa saja, tidak selalu Allah sybhanahu wa ta’ala berfirman tentang zina, bahwa perbuatan itu bukan hanya dilarang, bahkan sekedar mendekatinya pun diharamkan.
Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji. Dan suatu jalan yang buruk. (QS Al Isra’: 32)

Kasih Sayang Menurut Islam
Di dalam Islam tidak ada Valentine, sebab kata Valentine itu merupakan istilah impor dari agama di luar Islam. Bahkan latar belakang sejarah dan esensinya pun tidak sejalan dengan Islam.
Namun kalau yang anda inginkan adalah perwujudan rasa kasih sayang menurut syariah Islam, tentu saja Islam merupakan ‘gudang’ nya kasih sayang. Tidak sebatas pada orang-orang terkasih saja, bahkan kasih sayang kepada semua orang. Bahkan hewan pun termasuk yang mendapatkan kasih sayang.

Cinta kepada Kekasih
Kasih sayang kepada orang terkasih pun ada di dalam Islam, bahkan menyayangi pasangan kita dinilai sebagai ibadah. Ketika seorang wanita memberikan seluruh cintanya kepada laki-laki yang dicintainya, maka Allah pun mencurahkan kasih sayang-Nya kepada wanita itu. Hal yang sama berlaku sebaliknya.
Namun kasih sayang antara dua insan di dalam Islam hanya terjadi dan dibenarkan dalam ikatan yang kuat. Di mana laki-laki telah berjanji di depan 2 orang saksi. Janji itu bukan diucapkan kepada si wanita semata, melainkan juga kepada orang yang palingbertanggung-jawab atas diri wanita itu, yaitu sang ayah. Ikatan ini telah menjadikan pasangan laki dan wanita ini sebagai sebuah keluarga. Sebuah ikatan suami istri.
Adapun bila belum ada ikatan, maka akan sia-sia sajalah curahan rasa kasih sayang itu. Sebab salah satu pihak atau malah dua-duanya sangat punya kemungkinan besar untuk mengkhianati cinta mereka. Pasangan mesra di luar nikah tidak lain hanyalah cinta sesaat, bahkan bukan cinta melainkan birahi dan libido semata, namun berkedok kata cinta.
Dan Islam tidak kenal cinta di luar nikah, karena esensinya hanya cinta palsu, cinta yang tidak terkait dengan konsekuensi dan tanggung-jawab, cinta murahan dan -sejujurnya- tidak berhak menyandang kata cinta.

Cinta kepada Sesama
Di luar cinta kepada pasangan hidup, sesungguhnya masih banyak bentuk kasih sayang Islam kepada sesama manusia. Antara lain bahwa Islam melarang manusia saling berbunuhan, menyakiti orang lain, bergunjing, mengadu domba atau pun sekedar mengambil harta orang lain dengan cara yang batil.
Bandingkan dengan peradaban barat yang sampai hari duduk di kursi terdepat sebagai jagal yang telah membunuh berjuta nyawa manusia. Bukankah suku Indian di benua Amerika nyaris punah ditembaki hidup-hidup? Bukankah suku Aborigin di benua Australia pun sama nasibnya?
Membunuh satu nyawa di dalam Islam sama saja membunuh semua manusia. Bandingkan dengan jutaan nyawa melayang akibat perang dunia I dan II. Silahkan hitung sendiri berapa nyawa manusia melayang begitu saja akibat ledakan bom atom di Hiroshima dan Nagasaki?
Silahkan buka lembaran sejarah, siapakah yang dengan bangga bercerita kepada anak cucunya bahwa nenek moyang mereka berhasil membanjiri masjid Al Aqsha dengan genangan darah muslimin, sehingga banjir darah di masjid itu sebatas lutut kuda?
Di awal tahun 90-an, kita masih ingat bagaimana Serbia telah menyembelih umat Islam di Bosnia, anak-anak mati ditembaki. Bahkan janin bayi di dalam perut ibunya dikeluarkan dengan paksa dan dijadikan bola tendang. Bayangkan, kebiadaban apa lagi yang bisa menandinginya?
Sesungguhnya peradaban barat itu bertqanggung jawab atas semua ini. Tangan mereka kotor dengan darah manusia, korban nafsu angkara murka.
Kasih sayang yang sesungguhnya hanya ada di dalam Islam. Sebuah agama yang terbukti secara pasti telah berhasil menjamin keamanan Palestina selama 14 abad lamanya. Di mana tiga agama besar dunia bisa hidup akur, rukun dan damai. Palestina baru kembali ke pergolakannya justru setelah kaum yahudi menjajahnya di tahun 1948.
Bahkan gereja Eropa di masa kegelapan (Dark Ages) pun tidak bisa melepaskan diri dari cipratan darah manusia, ketika mereka mengeksekusi para ilmuwan yang dianggap menentang doktrin gereja. Tanyakan kepadaGalileo Galilei, juga kepada Copernicus, apa yang dilakukan geraja kepada mereka? Apa yang menyebabkan kematian mereka? Atas dosa apa keduanya harus dieksekusi? Keduanya mati lantaran mengungkapkan kebenaran ilmu pengetahuan, sedangkan ilmu pengetahuandianggap tidak sesuai dengan kebohongan gereja.
Kalau kepada ilmuwan gereja merasa berhak untuk membunuhnya, apatah lagi dengan orang kebanyakan. Lihatlah bagaimana pemuda Eropa dikerahkan untuk sebuah perang sia-sia ke negeri Islam, perang salib. Lihatlah bagaimana nyawa para pemuda itu mati konyol, karena dibohongi untuk mendapatkan surat pengampunan dosa, bila mau merebut Al Aqsha.
Sejarah kedua agama itu, berikut sejarah Eropa di masa lalu kelam dan bau anyir darah. Sejarah hitam nan legam…
Bandingkan dengan sejarah Islam, di mana anak-anak bermain dengan bebas di taman-taman kota, meski orang tua mereka lain agama. Bandingkan dengan sejarah perluasan masjid di Mesir yang tidak berdaya lantaran tetangga masjid yang bukan muslim keberatan tanahnya digusur. Bandingkan dengan pengembalian uang jizyah kepada pemeluk agama Nasrani oleh panglima Abu Ubaidah Ibnul Jarah, lantaran merasa tidak sanggup menjamin keamanan negeri.
Siapakah yang menampung pengungsi Yahudi ketika diusir dari Spanyol oleh rejim Kristen? Tidak ada satu pun negara yang mau menampung pelarian Yahudi saat itu, kecuali khilafah Turki Utsmani. Sebab meski tidak seagama, Islam selalu memandang pemeluk agama lain sebagai manusia juga. Mereka harus dilindungi, diberi hak-haknya, diberi makan, pakaian dan tempat tinggal layak. Syaratnya hanya satu, jangan perangi umat Islam. Dan itu adalah syarat yang teramat mudah.
Maka kalau kita bicara cinta dan kasih sayang, Islam lah bukti nyatanya.

3.      BERBAGAI ALIRAN SESAT YANG BERKEMBANG DI INDONESIA
  1. Aliran Pembaharu Isa Bugis
Isa Bugis lahir tahun 1926 di kota Bhakti Aceh Pidie. Isa Bugis ingin menerjemahkan dan menganalisa agama Islam berdasarkan teori pertentangan antara dua hal. Seperti misalnya ideologi komunis dengan kapitalis, antara nur dan kegelapan. Ia berusaha untuk mengilmiahkan agama dan kekuasaan Tuhan dan akan menolak semua hal-hal yang tidak bisa diilmiahkan atau tidak bisa diterima akal. Oleh karena itu ajaran Isa Bugis ini banyak diikuti oleh para intelek yang cenderung lebih menggunakan akal dan pikiran.

Pokok-Pokok Ajaran Isa Bugis:
Ø  Air Zam-zam di Makkah adalah air bekas bangkai orang Arab.
Ø  Semua tafsir Al Qur'an yang ada sekarang harus dimuseumkan karena semuanya salah.
Ø  Menolak semua mukjizat para Nabi dan Rasul, seperti kisah Nabi Musa as membelah laut dengan tongkatnya dalam Al Qur'an adalah dongeng lampu Aladin.
Ø  Nabi Ibrahim as menyembelih Ismail adalah dongeng.
Ø  Ka'bah adalah kubus berhala yang dikunjungi oleh turis setiap tahun.
Ø  Ilmu Fiqih, Ilmu Tauhid, dan sejenisnya adalah syirik. Ulama yang mengajarkan ilmu ini harus disingkirkan ke Pulau Seribu.
Ø  Al Qur'an bukan bahasa Arab, sehingga untuk memahami Al Qur'an tidak perlu belajar bahasa Arab, tata bahasa Arab dan sejenisnya.
Ø  Setiap orang yang intelek diberi kebebasan untuk menafsirkan Al Qur'an walau tidak mengerti bahasa Arab.
Ø  Ajaran Nabi Muhammad adalah pembangkit imperialisme Arab.
Ø  Ajaran Qurban pada waktu Iedhul Adha tidak ada dasar kebenarannya. 
Ø  Mubaligh-mubaligh Islam yang menyebarkan agama ke luar tanah Arab adalah pemabuk dzulumat yang haus darah dan harta.
Ø  Indonesia adalah diantara dari sekian banyak korban dari kebiadaban Arabisme.
Ø  Lembaga Pembaharu (yang dipimpin oleh Isa Bugis) adalah Nur, sedangkan orang atau golongan di luar itu adalah Dzulumat, sesat serta kafir.
Ø  Sekarang masih periode Makkah sehingga belum diwajibkan shalat, puasa dll. Begitu juga minuman yang memabukkan seperti khamar dan sejenisnya belum diharamkan.

  1. Faham Inkar Sunnah
Faham sesat ini mucul sekitar tahun 1980-an. Mereka menamakan pengajian yang mereka adakan dengan sebutan kelompok Qur'ani (kelompok pengikut Al Qur'an).
Tokohnya antara lain Luqman Saad Direktur perusahaan penerbitan PT. Ghalia. Pada awalnya Luqman Saad merintis usaha percetakannya dengan tangan. Namun ketika ia bolak-balik ke Belanda untuk suatu urusan yang tidak diketahui kemudian ia memiliki peralatan modern yang didatangkan dari negeri Belanda. Dengan mesin cetaknya itulah ia banyak mencetak buku-buku yang berisi ajaran sesat Inkarus Sunnah. Selain itu juga Ir. Irham Sutarto ketua serikat buruh PT. Unilever (Belanda). Tidakkah ini merupakan permainan orang Yahudi di Belanda dalam menghancurkan Islam di Indonesia? Setelah dilakukan pelacakan akhirnya ditemukan dedengkotnya adalah Marinus Taka keturunan Indo Jerman yang tinggal di Jalan Sambas 4 No.54 Depok Lama daerah dimana banyak bermukim peranakan Belanda dengan gerejanya yang terpadat untuk seluruh Indonesia. Marinus Taka mengaku bisa membaca Al Qur'an tanpa belajar dan tanggal 4 Juni 1983 ditangkap oleh Kodim Jakarta Utara.

Pokok-Pokok Ajaran Inkarus Sunnah:
v  Tidak percaya kepada semua hadits Rasulullah SAW, menurut mereka hadits itu bikinan Yahudi untuk menghancurkan Islam dari dalam.
v  Dasar hukum dalam Islam hanya Al Qur'an saja.
v  Syahadat mereka : Insyahadu bianna Muslimun.
v  Shalat mereka macam-macam ada yang dua rokaat-dua rokaat dan ada juga yang shalatnya hanya 'eling' saja.
v  Puasa wajib bagi mereka yang melihat bulan saja, kalau yang lihat bulan hanya satu orang maka hanya orang itu saja yang wajib puasa. Mereka merujuk pada ayat : faman syahida minkumus Syahra falyasumhu.
v  Haji boleh dilakukan selama 4 bulan Haram yaitu : Muharram, Rajab, Dzulqa'dah dan Dzulhijjah.
v  Pakaian Ihram adalah pakaian orang Arab dan bikin repot. Oleh karena itu mereka menunaikan haji menggunakan baju biasa atau jas.
v  Rasul tetap diutus sampai hari Kiamat.
v  Nabi Muhammad tidak berhak menjelaskan tentang ajaran Al Qur'an (kandungan isi Al Qur'an).
v  Orang yang meninggal dunia tidak disholati karena tidak ada perintah di Al Qur'an.

  1. Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII)
Didirikan oleh Mendiang Nur Hasan Ubaidah Lubis (Luar Biasa), awalnya bernama Darul Hadits (DH) tahun 1951. Karena meresahkan masyarakat Jawa Timur maka DH dilarang oleh PAKEM - Kejaksaan Tinggi Jawa Timur. Kemudian berganti nama menjadi Islam Jama'ah. Banyak artis yang tertarik dengan ajaran ini antara lain karena adanya ajaran tebus dosa. Karena kembali meresahkan masyarakat di Jakarta akhirnya dilarang melalui SK Jaksa Agung RI No. Kep.-08/D.A/10.1971 tanggal 29 Oktober 1971.
Karena dilarang, maka Imam Jama'ah ini meminta perlindungan kepada Letjen. Ali Murtopo wakil Kepala Bakin yang terkenal sangat anti Islam. Setelah mendapat perlindungan maka menyatakan diri masuk Golkar dan berganti nama menjadi LEMKARI (Lembaga Karyawan Dakwah Islam). Karena meresahkan masyarakat Jawa Timur kemudian dibekukan oleh Gubernur Jawa Timur Sularso. Dalam mubes di Asrama Haji Pondok Gede tahun 1990, LEMKARI berganti nama menjadi LDII atas anjuran Mendagri Rudini agar tidak rancu dengan nama LEMKARI (Lembaga Karatedo Indonesia).

Pokok-Pokok Ajaran Islam Jama'ah / LDII:
Ø  Orang Islam di luar kelompok mereka adalah kafir dan najis, termasuk kedua orang tua sekalipun.
Ø  Kalau ada orang di luar kelompok mereka yang melakukan shalat di masjid mereka maka bekas tempat sholatnya dicuci karena dianggap sudah terkena najis.
Ø  Wajib taat pada amir atau Imam mereka.
Ø  Mati dalam keadaan belum baiat kepada Amir/Imam LDII maka akan mati jahiliyah (kafir).
Ø  Al Qur'an dan Hadits yang boleh diterima adalah yang mankul (yang keluar dari mulut Imam/Amir mereka) selain itu haram diikuti.
Ø  Haram mengaji Al Qur'an dan Hadits kecuali kepada Imam/Amir mereka.
Ø  Dosa bisa ditebus kepada sang Amir atau Imam dan besarnya tebusan tergantung besar kecilnya dosa yang diperbuat dan ditentukan oleh Amir/Imam.
Ø  Harus rajin membayar infak, shodaqoh dan zakat kepada Amir/Imam mereka. Selain kepada mereka adalah haram.
Ø  Harta benda diluar kelompok mereka dianggap halal untuk diambil atau dimiliki dengan cara bagaimanapun, misalnya: merampok, mencuri, korupsi dll. asal tidak ketahuan. Bila berhasil menipu orang Islam diluar mereka dianggap berpahala besar.
Ø  Bila mencuri harta orang selain LDII ketahuan maka kesalahannya adalah ketahuan itu.
Ø  Harta, zakat, infaq dan shodaqoh yang sudah diberikan kepada Amir/Imam haram ditanyakan catatannya atau penggunaannya.
Ø  Haram membagikan daging Qurban/Zakat Fitrah kepada orang Islam diluar kelompoknya.
Ø  Haram shalat di belakang Imam yang bukan dari kelompok mereka, kalaupun terpaksa tidak perlu wudhu dan harus diulang.
Ø  Haram menikahi orang di luar kelompoknya.
Ø  Perempuan LDII kalau mau bertamu di rumah orang selain kelompoknya harus memilih waktu haid (dalam keadaan kotor).
Ø  Kalau ada orang di luar kelompok mereka bertamu ke rumah mereka maka bekas tempat duduknya harus di cuti karena dianggap najis.

 Imam mereka, Nur Hasan Ubaidah meninggal tanggal 31 Maret 1982 dalam kecelakaan lalu lintas antara Tegal Cirebon di dalam mercy Tiger B 8418 EW tatkala ingin menghadiri kampanye Golkar. Sang Imam meninggalkan harta yang banyak dan digantikan oleh putranya Abdu Dhohir dan dibaiat sebelum mayat ayahnya dikubur.
Perwakilan gerakan ini berkembang hingga ke Amerika, Suriname, Australia, Jerman bahkan di Arab Saudi.

  1. Agama Ahmadiyah
Agama Qadian didirikan oleh Mirza Ghulam Ahmad di India. Mirza dianggap sebagai Nabi yang disejajarkan dengan Nabi Isa as., Nabi Musa as., Nabi Daud as.
Agama ini bermaksud untuk menyaingi Kenabian Muhammad SAW. Ahmadiyah  masuk Indonesia tahun 1935 dan tersebar. Pusatnya sekarang di Parung Bogor.
Mempunyai majalah Nur Islam (sebagai pengganti Sinar Islam yang telah dilarang). Aliran ini sudah dilarang namun hanya secara lokal. MUI serta organisasi Islam lainnya telah mengirim surat kepada Pemerintah (Kejagung RI) tetapi belum mendapat tanggapan.

Pokok-Pokok Ajaran Ahmadiyah:
v  Mirza Ghulam Ahmad mengaku dirinya Nabi dan Rasul utusan Tuhan.
v  Mengaku menerima wahyu di India. Kitab suci mereka bernama Tadzkirah. Isinya memutarbalikkan ayat-ayat suci Al Qur'an, ayat yang awal diputar ke belakang, ayat yang satu disambung ayat lainnya sesuai dengan selera nabi India tersebut.
v  Mengakui Kitab mereka sama sucinya dengan Al Qur'an.
v  Wahyu tetap turun sampai hari kiamat begitu juga Nabi dan Rasul diutus sampai hari kiamat.
v  Mempunyai tempat suci sendiri yaitu Qadian dan Rabwah. Nabi Mirza tidak pernah naik haji ke Makkah.
v  Mereka mempunyai surga sendiri yang letaknya di Qadian dan Rabwah dan sertifikat kapling surga tersebut di jual kepada jama'ahnya dengan harga sangat mahal.
v  Wanita Ahmadiyah haram nikah dengan laki-laki bukan Ahmadiyah tetapi sebaliknya boleh.
v  Tidak boleh bermakmum dibelakang orang yang bukan Ahmadiyah.
v  Ahmadiyah mempunyai tanggal, bulan dan tahun sendiri yaitu Suluh, Tabliqh, Aman, Syahadah, Hijrah, Ikhsan, Wafa', Zuhur, Tabuk, Ikha', Nubuwah, Fatah. Nama tahunnya adalah Hijri Syamsi (HS).

  1. Gerakan Syi'ah
Agama Syi'ah adalah agama dendam kesumat. Pencetusnya adalah Abdullah bin Saba tokoh YAHUDI yang pura-pura masuk Islam di zaman Sahabat Nabi.
Rukum Iman Agama Syi'ah tidak termasuk percaya kepada Qadha' dan Qadar, yaitu : Percaya kepada keesaan Allah, Percaya kepada keadilan, Percaya kepada kenabian, Percaya kepada Imamah, Percaya kepada sa'ah (hari kiamat). Karena tidak iman kepada Qadha' dan Qadar itulah maka kematian cucu Rasulullah SAW, Husen di Padang Karbala, diratapi dari dulu hingga sekarang. Dalam meratapi, mereka memukul badan, dada dan kepala hingga berlumuran darah padahal tidak ada ajaran samawi yang membolehkan menganiaya diri karena mencintai seseorang.
Ahlul baiyt (seisi rumah dengan Rasulullah SAW) menurut mereka adalah Ali bin Abi Thalib, Fatimah dan kedua puteranya, Hasan dan Husein. Sedangkan Khadijah yang begitu besar jasanya terhadap agama Islam tidak termasuk.

Pokok-Pokok Ajaran Syi'ah:
§  Hadits tidak hanya dari Nabi Muhammad SAW saja tetapi juga dari ucapan para Imam mereka sampai hari kiamat.
§  Al Qur'an yang beredar sudah dipalsukan dan yang asli dibawa oleh Imam Muntadhar (yang ditunggu munculnya kembali di dunia).
§  Menghalalkan nikah Mut'ah (kawin kontrak / pelacuran mengatasnamakan agama) padahal sudah dilarang Islam. Banyak digandrungi oleh muda mudi atau pejabat yang kurang pengetahuan, padahal sama saja dengan zinah.
§  Syi'ah memandang Imam itu maksum.
§  Syi'ah memandang bahwa menegakkan agama adalah rukun agama.
§  Syi'ah menolak hadits yang tidak diriwayatkan oleh ahlul bait.
§  Tidak mengakui Abu Bakar, Umar dan Utsman Radhiyallahu 'anhum.
§   
Gerakan Syi'ah luar biasa aktif di Indonesia (karena banyak penduduk muslimnya namun kurang pengetahuan agamanya). Mereka pandai menempatkan orang-orangnya di posisi penting a.l. : DR. Jalaluddien Rahmat untuk menggarap keluarga mantan wapres Soedarmono serta kelompok elit di Kebayoran Baru dengan nama yayasan Pengajian Sehati. Ir. Haidar Bagir (pemimpin umum Republika untuk menggarap orang-orang dekat Habibie dan kelompok intelektual). Prof. DR. Quraisy Shihab yang menggarap tokoh agama yaitu untuk mementahkan keputusan-keputusan MUI jika ada keputusan MUI yang keras terhadap aliran sempalan. LPPI pernah mengeluarkan brosur kecil yang berjudul : Syi'ah dan Quraisy Shihab.
Gerakan ini mempunyai yayasan yang bergerak di bidang pendidikan dan pesantren antara lain :
a.       Yayasan Muthohari Bandung
b.      Yayasan Al Muntadhor Jakarta
c.       Yayasan Mulla Sadra Bogor
d.      Yayasan Pesantren Yapi Bangil (IPANI : Ikatan Pemuda Ahlu Bait)
e.       Yayasan Muhibbin Probolinggo
f.       Pesantren Al Hadi Pekalongan
g.      Yayasan Yapisma Malang
h.      Yayasan Madinatul Ilmi Depok
i.        Yayasan Darul Habib Jakarta
j.        Yayasan Yasin Surabaya
k.      Yayasan Babul Ilmi Jakarta (Jatibening)



  1. Gerakan Lembaga Kerasulan (LK)
Mereka berpendapat bahwa Rasul itu diutus sampai kiamat. Rasul itu personnya, oleh sebab itu harus ada lembaganya (sama dengan Menteri dengan Departemennya).
Kalau Rasul meninggal maka harus ada Rasul baru yaitu Imam mereka. Tidak taat pada Imam mereka berarti tidak taat pada Rasul dan itu dosa besar.
Gerakan ini ingin mendirikan NII (Negara Islam Indonesia) versi mereka sendiri dengan tokohnya : Aceng Syaifuddin.

Pokok-Pokok Ajarannya:
§  Rasul diutus sampai hari kiamat.
§  Wajib bai'at seta taat pada Imam.
§  Dosa bisa ditebus dengan uang kepada Imam. Besar kecilnya tergantung besar kecil dosa.
§  Di luar kelompok mereka adalah kafir.
§  Perkawinan harus dihadapan imam mereka dan diadakan oleh imam mereka. Sedangkan orang tua tidak perlu tahu.
§  Membagi periode Makkah dan Madinah. Sekarang dianggap masih periode Makkah, jadi belum wajib Sholat, puasa, haji serta belum diharamkan khamar dan minuman memabukkan lainnya.
§  Mengaji harus kepada Imam.

  1. Ajaran Lia Aminuddin, Agama Salamullah
Lia Aminuddin, umur 51 tahun tinggal di Jl. Mahoni 30 Jakarta Pusat. Ada beberapa buku yang sudah dikarang olehnya:
a.       Perkenankan aku menjelaskan sebab taqdir.
b.      Pancasila menuju Zam-zam
c.       Lembaga Al Hira, fatwa Jibril as. VS fatwa MUI.
d.      Puisi-puisi mendalami kerukunan Nasional.

Pokok-Pokok Ajarannya:
§  Malaikat Jibril akan muncul lagi ke Bumi dan bersemayam di diri Lia, maka dimanapun Lia berada selalu bersama Malaikat Jibril as.
§  Lia mengakui menjadi juru bicara Jibris as. dan mengaku sebagai Nabi/Rasul.
§  Lia mengaku mendapatkan wahyu.
§  Lia mengaku mendapatkan mukjizat.
§  Agama yang dibawa oleh Lia bernama Salamullah / Agama Perenialisme yang menghimpun segala agama.
§  Lia mengaku sebagai Imam Mahdi.
§  Imam Mukti (anaknya) dianggap sebagai Nabi Isa as.
§  Abdul Rahman diyakini sebagai wa'sil/Imam besar.
§  Mencukur semua jenis rambut lalu membakarnya dianggap sebagai bentuk ibadah yang diperintahkan Jibris melalui Lia Aminuddin (seperti bayi yang baru lahir).
  1. Ajaran Bijak Bestari
Yayasan Imperium Zakita Mata di didirikan oleh HMA Bijak Bestari, lahir di Binjai, Sumatra Utara, 30 Maret 1943.

Pokok-Pokok Ajarannya:
Ø  Mengaku bahwa HMA (Huwa Mu'jizatul A'la Allahu Akbar) itu Allah. Allah tertinggi. Allah itu Dzat yang menyeluruh. Pada Allah itu ada jabatan-jabatan. Ada Allahu Akbar ada Ar Rahman dan ada ayat kursi yang memiliki fungsi-fungsi. Diantara fungsi-fungsi itu, yang tertinggi adalah HMA.
Ø  Imperium Zakiya Makta Foundation milik HMA terbentuk atas dasar diturunkannya penugasan dari Allah yang Maha Besar mutlak 100% pada tanggal 2 Mei 2001 pukul 00.00 WIB yang diterima langsung oleh HMA Bijak Bestari.
Ø  Imperium Zakiya Makta sebagai Pusat Komando, Deteksi dan Informasi Ghoib dan Ajaib yang mencakup alam semesta raya secara keseluruhan, mulai alam dimensi 1 sampai alam dimensi 900. Mengadakan apa yang disebut "Penafsiran Ghaib" dengan melakukan kontak gaib dengan pemimpin ayat masing-masing. Bila kita kontak, kita bisa tanyakan semua "Ini apa maksudnya?" Inti ajaran Zakiya Makta adalah keilmuan hiper metafisik yang merupakan jalan keluar untuk segala keperluan positif.




  1. Agama (faham) Baha'i
Timbul dari kalangan Syi'ah di Iran pada abad 19. Pencetusnya adalah Mirza Ali Muhammad. Mendakwa dirinya sebagai Al Baab, artinya pintu, yaitu pintu yang menghubungkan manusia dengan iman yang hilang yang akan keluar pada akhir zaman.
Ajarannya dinamakan Babiyah. Ia mengangkat dirinya sebagai Imam Mahdi. Setelah meninggal ajarannya dikembangkan oleh muridnya Mirza Husein Ali. Husein Ali juga mengangkat dirinya sebagai Nabi, juga Al Masih yang dijanjikan.

Pokok-Pokok Ajaran:
v  Semua agama samawi (Yahudi, Islam, Kristen) itu sama karena berasal dari Tuhan yang sama, oleh karena itu ketiga agama tersebut harus disatukan, yang ada hanyalah dienullah (agama Tuhan) atau mereka sebut juga agama Internasional.
v  Ajaran Baha'i merupakan campuran antara falsafah Pantaisme, ajaran Taurat, Injil dan Tasawwuf dalam Islam.

            Ajaran ini telah dilarang melalui SK Perdana Menteri RI No.112/PM/1959. Setelah mati selama 42 tahun, begitu Gus Dur terpilih menjadi Presiden RI, pengurus Baha'i datang ke Presiden Gus Dur untuk melakukan lobi. Dan untuk diketahui aliran ini telah memberikan hidupnya untuk propaganda bagi kembalinya orang-orang Yahudi ke bumi Palestina.

  1. Tarekat Naqsyabandiyyah Prof. DR. Kadirun Yahya.
Kadirun Yahya dilahirkan di Pangkan Brandan 20 Juni 1917. Pada dasarnya Kadirun Yahya adalah seorang ilmuwan di bidang Fisika, Kimia dan Filsafat.
Perkenalannya dengan ajaran Tarekat Naqhsabandiyyah di mulai pada tahun 1941 di Sumut bersama Syekh Syahbuddin. Lalu berguru degnan Syekh Muhammad Hasyim Buayan. Ia mengklaim bahwa ajaran "metafisika" yang dianutnya merupakan ajaran Rasulullah SAW yang diwariskan kepadanya berasal dari Jabal Qubais.

Pokok-Pokok Ajaran:
v  KH. Hasyim, gurunya, berkata "aku tadi telah meninggal 4 jam, tetapi aku permisi pada Tuhan Allah untuk hidup lagi agak sebentar, karena ada lagi yang lupa belum aku turunkan pada anak." Beberapa hari setelah itu sang guru berpulang.
v  Tenaga Allah adalah ibarat listrik dan wasilah, pengantar atau ibarat saluran yang menghubungkan antara manusia dan Allah melalui Mursyid dan silsilahnya serupa kawat listrik.
v  Untuk tujuan tertentu, ia memakai sebuah tongkat. Dengan tongkat tersebut ia dapat langsung memusatkan energi Ilahi ke arah obyek yang ia tuju. Ia bisa mematikan yang hidup dan menghidupkan yang mati. Untuk tujuan lain, air atau batu yang telah disalurkan padanya kalimah Allah, dapat dipakai sebagai kondensator yang berisi energi Ilahi yang sama.
v  Ilmu Tasawwuf dan Sufi adalah satu ilmu dalam agama Islam yang sangat dalam dan sangat halus. Yang mampu menembus ke dalam alam bil ghaib, alam batin, yang sudah jelas sulit diilmiahkan, apalagi di zaman dahulu kala.
v  Dzikrullah dengan metode tarekatullah ialah dzikrullah yang mampu langsung mendorong turunnya dzikrullah Maha Suci, Maha Akbar dari sisi Allah SWT.

  1. ISLAM Liberal
            Islam Liberal atau JIL (Jaringan Islam Liberal) adalah kemasan dari kelompok lama yang orang-orangnya dikenal nyeleneh. Kelompok nyeleneh itu setelah berhasil memposisikan orang-orangya dalam jajaran yang mereka sebut pembaharu atau modernis. Mula-mula yang dilakukan adalah mengacaukan istilah. Mendiang Dr. Harun Nasution Direktur Pasca Sarjana IAIN Jakarta berhasil mengelabui para mahasiswa perguruan tinggi Islam di Indonesia dengan cara mengacaukan istilah. Yaitu memposisikan orang-orang yang nyeleneh sebagai Pembaharu. Diantaranya Rifa'at At-Thahthawi (orang Mesir alumni Paris yang menghalalkan dansa-dansi laki perempuan campur aduk) oleh Harun diangkat sebagai pembaharu dan bahkan dibilang sebagai pembuka pintu ijtihad. Pemutarbalikan fakta ini dilakukan secara resmi di IAIN antara lain melalui bukunya "Pembaharuan dalam Islam, Sejarah Pemikiran dan Gerakan, terbit 1975).
Pengacauan istilah lainnya dilakukan oleh Nurcholish Madjid yang belajar Islam (kepada dosen-dosen Yahudi) di perguruan tinggi Amerika, Chicago - dengan cara mengembalikan istilah kepada bahasa lalu diselewengkan artinya, persis seperti dilakukan Darmogandul dan Gatoloco : yaitu sosok penentang dan penolak syari'at Islam di Jawa. Nurcholish menempuh : Islam dikembalikan kepada al Din, kemudian diberi makna yaitu hanyalah agama (tidak punya urusan dengan kehidupan dunia, bernegara) lalu dari pemaknaan itu menolak diterapkannya syari'at Islam dalam kehidupan. Mari kita simak kutipan tulisan Nurcholish sbb:
"sudah jelas, bahwa fikih itu, meskipun telah ditangani oleh kaum reformis, sudah kehilangan relevansinya dengan pola kehidupan zaman sekarang. Sedangkan perubahan secara total agar sesuai dengan pola kehidupan modern, memerlukan pengetahuan yang menyeluruh tentang kehidupan modern dalam segala aspeknya, sehingga tidak hanya menjadi kompetensi dan kepentingan umat Islam saja, melainkan juga orang-orang lain. Maka, hasilnya pun tidak perlu hanya merupakan hukum Islam, melainkan hukum yang meliputi semua orang, untuk mengatur kehidupan bersama."
Tanggapan : menganggap fiqh telah kehilangan relevansinya adalah satu pengingkaran. Bagaimana umat Islam bisa berwudhu, sholat, zakat, puasa, nikah, waris dan mengetahui halal/haram jika fiqh telah tidak relevan?
Faham JIL mudahnya, menjurus pada sekularisme, inklusifisme dan pluralisme agama (menganggap semua agama itu sejajar, paralel dan prinsipnya sama hanya beda teknis) dan kita tidak boleh memandang agama lain dengan memakai agama yang kita peluk (ini lebih jauh lagi pemurtadannya).
Ahmad Wahib, yang mengaku sekian tahun diasuh oleh pendeta dan romo, fahamnya menafikan Qur'an dan Hadits, yaitu:
"Menurut saya sumber-sumber pokok untuk mengetahui Islam atau katakanlah bahan-bahan dasar ajaran Islam, bukanlah dengan Qur'an dan Hadits melainkan Sejarah Muhammad."
Jadi Al Qur'an dan Hadits dia anggap hanya sebagian dari sumber sejarah Muhammad, jadi hanya bagian dari sumber ajaran Islam, yaitu Sejarah Muhammad. Al Qur'an disejajarkan dengan iklim Arab, adat istiadat Arab dan lain-lain. Jadi Al Qur'an dan Hadits dianggap bukan landasan Islam, hanya setingkat adat Arab saja.

Tokoh-tokohnya:
    • Nurcholish Madjid - Paramadina Jakarta
    • Charles Kurzman - University North Carolina
    • Azyumardi Azra - IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
    • Abdallah Laroui - Muhammad V University Maroko
    • Masdar F. Mas'udi - Pusat Pengembangan Pesantren dan Masyarakat Jakarta
    • Goenawan Mohammad - Majalah Tempo
    • Edward Said
    • Djohan Effendi - Deakin University Australia
    • Abdullah ahmad an-Naim - University of Khartoum Sudan
    • Jalaludin Rahmat, Yayasan Muthahhari Bandung
    • Asghar Ali Engineer
    • Nasaruddin Umar - IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta
    • Komaruddin Hidayat - Paramadina
    • Said Agil Siraj - PBNU
    • Denny JA, Univ. Jayabaya
    • Rizal Mallarangeng - CSIS
    • Budi Munawar Rahman - Paramadina
    • Taufiq Adnan Amal - IAIN Alauddin Makassar
    • Hamid Basyaib - Yayasan Aksara
    • Ulil Abshar Abdalla - Lakpesdam NU
    • Luthfi Assyaukanie - Paramadina
    • Ade Armando - UI
    • Syamsurizal Panggabean - UGM
    • Ihsan Ali Fauzi - Ohio University
    • Syaiful Mujani - Ohio University
    • Mohammad Arkoun - University of Sorbone Perancis
    • Sadeq Jalal Azam - Damascus University Suriah
4.      Implementasi Iman dan Taqwa dalam Kehidupan Modern
A.    Pengertian Iman
Iman menurut bahasa adalah  percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam.
Kata iman juga berasal dari kata kerja amina-yu’manu – amanan yang berarti percaya. Oleh karena itu iman berarti percaya menunjuk sikap batin yang terletak dalam hati.
Dalam surat al-Baqarah 165, dikatakan bahwa orang yang beriman adalah orang yang amat sangat cinta kepada Allah (asyaddu hubban lillah). Oleh karena itu, beriman kepada Allah berarti sangat rindu terhadap ajaran Allah. Oleh karena iu beriman kepada Allah berarti amat sangat terhadap ajaran Allah yaitu Al-Quran dan sunnah rasul.
Dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Majah Atthabrani, iman didefinisikan dengan keyakinan dalam hati, diikrarkan dengan lisan, dan diwujudkan dengan amal perbuatan (al-Imaanu ‘aqdun bil qalbi waiqraarun billisaani wa’amalun bil arkaan)
Istilah iman dalam al-qur’an selalu dirangkaikan dengan kata lain yang memberikan corak dan warna tentanhg suatu yang diimani, seperti dalam surat an-Nisa’: 51 yang dikaitkan dengan jibti (kebatinan/Idealisme) dan thaghut (realita/nasionalisme). Sedangkan dalam surat al-Ankabut: 52 dikaitkan dengan kata bathil, yaitu wallaziina aamanuu bil baathili. Bathil berarti tidak benar menurut Allah.Sementara dalam surat al-Baqarah: 4 iman dirangkaikan dengan kata ajaran yang diturunkan oleh Allah.
Dengan demikian, kata iman yang tidak dikaitkan dengan kata Allah atau ajaran nya, dikatakan sebagai iman haq, sedangkan yang dikaitkan dengan selainnya dinamakan iman bathil.
Keimanan adalah perbuatan yang bila diibaratkan pohon, mempunyai pokok dan cabang. Bukankah sering kita baca atau dengar sabda Rasullah saw. Yang kita jadikan kata-kata mutiara, misalnya malu adalah sebagian dari iman, kebersihan sebagian dari iman, cinta bangsa dan Negara sebagian dari iman, bersikap ramah sebagian dari iman, menyingkirkan duri atau yang lainnya yang dapat membuat orang sengsara dan menderita, itu juga sebagian dari iman. Diantara cabang - cabang keimanan yang paling pokok adalah keimanan kepada Allah SWT.

B.   Pengertian  Taqwa
                   Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan  makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
                   Karakteristik orang – orang yang bertaqwa, secara umum dapat dikelompokkan kedalam lima kategori atau indicator ketaqwaan.
a)         Iman kepada Allah, para malaikat, kitab – kitab dan para nabi. Dengan kata lain, instrument ketaqwaan yang pertama ini dapat dikatakan dengan memelihara fitrah iman.
b)         Mengeluarkan harta yang dikasihnya kepada kerabat, anak yatim, orang – orang miskin, orang – orang yang terputus di perjalanan, orang – orang yang meminta – minta dana, orang – orang yang tidak memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiban memerdekakan hamba sahaya. Indikator taqwa yang kedua ini, dapat disingkat dengan mencintai sesama umat manusia yang diwujudkan melalui kesanggupan mengorbankan harta.
c)         Mendirikan solat dan menunaikan zakat, atau dengan kata lain, memelihara ibadah formal.
d)        Menepati janji, yang dalam pengertian lain adalah memelihara kehormatan diri.
e)         Sabar disaat kepayahan, kesusahan dan diwaktu perang, atau dengan kata lain memiliki semangat perjuangan.

B. Wujud Iman
            Akidah Islam dalam al-Quran disebut iman. Iman bukan hanya berarti percaya melainkan keyakinan yang mendorong seorang muslim untuk berbuat. Oleh karena itu lapangan iman sangat luas.
            Akidah Islam atau iman mengikat seorang muslim, sehingga ia terikat dengan aturan hukum yang datang dari Islam. Oleh karena itu menjadi seorang muslim berarti meyakini dan melaksanakan segala sesuatu yang diatur dalam ajaran Islam.
C. Proses terbentuknya Iman
            Benih iman yang dibawa sejak dalam kandungan memerlukan pemupukan yang berkesinambungan. Benih yang unggul apabila disertai pemeliharaan yang intensif, besar kemungkinan menjadi punah. Demikian halnya dengan benih Iman. Berbagai pengaruh terhadap seseorang akan mengarahkan iman/kepribadian seseorang baik dari lingkungan keluarga, masyarakat, pendidikan dll.
            Pada dasarnya, proses pembentukan iman. Diawali dengan proses perkenalan, kemudian meningkat menjadi senang atau benci. Mengenal ajaran Allah adalah langkah awal dalam mencapai iman kepada Allah. Jika seseorang tidak mengenal ajaran Allah maka orang tersebut tidak mungkin beriman kepada Allah.
            Disamping proses pengenalan, proses pembiasaan juga perlu diperhatikan, karena tanpa pembiasaan, seseorang bisa saja seorang yang benci menjadi senang. Seorang anak harus dibiasakan terhadap apa yang diperintahkan Allah dan menjahui larangan Allah agar kelak nanti terampil melaksanakan ajaran Allah.
            Berbuat sesuatu secara fisik adalah satu bentuk tingkah laku yang mudah dilihat dan diukur. Tetapi tingkah laku tidak terdiri dari perbuatan yang nampak saja. Di dalamnya tercakup juga sikap-sikap mental yang tidak terlalu mudah ditanggapi kecuali secara langsung (misalnya , melalui ucapan atau perbuatan yang diduga dapat menggambarkan sikap sikap mental tersebut).
D. Tanda-tanda Orang Beriman
al-Quran menjelaskan tanda-tanda orang yang beriman sebagai berikut:
Ø  Jika disebut nama Allah, maka hatinya bergetar dan berusaha agar ilmu Allah tidak lepas dari syaraf memorinya., serta jika dibacakan ayat al-Quran, maka bergejolak hatinya untuk melaksanakannya (al-Anfal: 2)
Ø  Senantiasa tawakal, yaitu bekerja keras berdasarkan kerangka ilmu Allah, diiringi dengan doa, yaitu harapan untuk tetap dengan ajaran Allah menurut Sunah Rasul
Ø  Tertib dalam melaksanakan Sholat dan selalu menjaga pelaksanaannya.
Ø  Menafkahkan rizki yang diimaninya (Al-Anfal 3dan Al-Mukminun 4).
Ø  Menghindari perkataaan yang tidak bermanfaat dan menjaga kehormatan (Al-Mukminun:,5)
E. Korelasi Keimanan dan Ketakwaan
Keimanan pada keesaan Allah yang dikenal dengan istilah tauhid dibagi menjadi dua yaitu tauhid teoritis dan tauhid praktis. Tahuid teoritis adalah tahuid yang membahas tentang keesaan Zat, keesaan Zat, sifat dan Perbuatan Tuhan.
Adapun tahuid praktis yang disebut juga tauhid ibadah berhubungan dengan amal dan ibadah manusia. Tahuid praktis merupakan penerapan dari tauhid toritis. Seperti dengan kata lain, tidak ada yang disembah selain Allah , atau yang wajib disembah hanyalah Allah semata yang menjadikan-Nya tempat tumpuhan hati dan tujuan gerak langkah.
Dalam ajaran islam yang dimaksud dengan tauhid yang sempurna adalah tauhid yang tercermin dalam ibadah dan dalam perbuatan manusia dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam menegakan tahuid, seseorang harus menyatukan iman dan amal, konsep, dan pelaksanaan, pikiran dan perbuatan, serta teks dan konteks. Dengan demikian bertahuid adalah mengesakan Tuhan dengan pengertian yakin dan percaya kepada Allah melalui fikiran membenarkan dengan hati , mengucapkan dengan lisan dan mengamalkan dengan perbuatannya. Oleh karena itu seseorang baru dinyatakan beriman dan bertakwa, apabila sudah mengucapkan kalimat tahuid dan dengan mengamalkan semua perintah Allah dan menjahui larangannya.
5.      Pendidikan dalam Perspektif Aswaja
Sejarah menunjukkan bahwa akidah mampu menggerakkan umat manusia menuju sebuah capaian peradaban. Akidah sebagaimana dinyatakan Hasan Hanafi dapat menjadi ide dasar lahirnya etos dan perilaku manusia. Menurutnya, tauhid menjadi kekuatan dalam kehidupan di bumi ini dan ia mempunyai fungsi praktis untuk melahirkan prilaku dan keyakinan yang kuat mentrasformasikan kehidupan sehari-hari dan sistem sosialnya.
Secara Sosiologis, Aqidah yang dipersonifikasikan dalam ideal-ideal agama merupakan faktor diterminan bagi dinamika sosial. Dalam masyarakat relegius, prilaku manusia akan didasarkan pada pertimbangan agama. Begitu pula struktur politik, ekonomi dan kebudayaan ditentukan oleh prilaku mereka dalam mencapai cita-cita ideal agama. Penelitian Max Weber yang dituangkan dalam karya agungnya; “The Protestan Ethic And Spirit Of Capitalism” menunjukkan adanya konsistensi logis dan pengaruh motivisional yang bersifat mendukung secara timbal balik antara agama (etika Protestan) dan movifasi-motivasi ekonomi (Hasan Hanafi, 2001: 82).
Penting di sini, menurut saya, mengetengahkan geneologi filosofis pendidikan Islam, karena secara konseptual, apapun paradigma dan faham pendidikan itu tetap saja berpijak dan berpihak kepada suatu aliran filsafat-nya. Dalam konteks ini sangat perlu untuk diketengahkan argumen ontologis dan epistemologis pendidikan Islam, mengingat kemungkinan terjadinya deviasi pemikiran Barat tergadap pemikiran Islam, khususnya pemikiran pendidikan.
Dalam bidang kajian pendidikan, objek kajiannya adalah manusia sebagai makhluk yang unik dan mempunyai potensi lahiriyah dan batiniyah (fitrah). Memang agak sulit untuk ditelusuri bila asumsi yang dipakai untuk manusia hanya sebatas kuasa material dalam pendidikan dengan tidak menelusuri aspek immaterial, apalagi sebatas memandang makhluk bebas dan sosial. Dan, kalau disimpulkan sebagai mahkluk immaterial semata jelas manusia bukan makhluk rohani. Oleh karena itu, dalam tulisan ini dicoba untuk mengklarifikasi perbedaan itu dari sudut pandang metodologi keilmuan Islam dan metodologi keilmuan Barat (Mulyadhi Kartanegara, 2003: 30-31).
Sebenarnya dapat disederhanakan dua sistem epistimologi yang secara fundamental berbeda, yaitu epistimologi Barat modern sekuler dan epistimilogi Aristotelian, termasuk ke dalamnya epistimologi Islam. Pangkal perbedaan ini adalah timbulnya cara pandang radikal dalam memandang status ontologis objek-objek ilmu di antara keduanya. Setelah melalui proses yang panjang (terutama setelah pasca-renainsans), epistimologi Barat akhirnya cenderung menolak status ontologis objek-objek metafisika, dan lebih memusatkan perhatiannya pada objek-objek fisika, atau apa yang disebut oleh August Comte dengan “positivistik”. Sementara itu, epistimologi Islam masih mempertahankan status ontologis tidak hanya objek-objek fisik, tetapi juga objek-objek matematika dan metafisika. Perbedaan cara pandang dan keyakinan terhadap status ontologis ini telah menimbulkan perbedaan yang cukup signifikan antara kedua sistem epistimologi tersebut dalam masalah-masalah yang menyangkut soal klasifikasi ilmu dan metode-metode ilmiah.
Jejak ontologis pendidikan Islam sebenarnya dapat ditelusuri pada filsafat emanasi (al-faidl) yang rumusan awalnya dapat kita jumpai pada filsuf-filsuf awal Islam semenjak Al-Kindi (185-152 H/801-865 M), Al-Farabi (259-339 H/850-950 M), dan baru menemukan bentuknya yang ideal di tangan filsuf Ibnu Sina (370-428 H/989-1036 M) (Yunus Musa, 2003: 49-54).
Pemikiran filsuf-filsuf muslim awal memang harus diakui merupakan upaya adaptasi dari Teori Hirarcy of being-nya Plotinos yang secara derivatif merupakan penyesuaian filsafat Plato (427-347 SM). Inti filsafat Plotinus adalah tentang Ide tertinggi atau kebaikan tertinggi. Dan secara tegas ide tertinggi itu adalah Tuhan Yang Esa. Seperti Al-Farabi, Ibnu Sina juga mengikuti mazhab filsafat emanasi, dan secara kreatif merumuskan konsepsi emanasi ke dalam filsafat jiwa bahwa dari Akal Pertama muncul dua sifat; Wajibul Wujud dan Ja’izul Wujud. Wajibul Wujud menurut Ibnu Sina merupakan pancaran yang eksistensinya wajib; dia ada dan tidak boleh tidak ada. Itulah yang kita kenal kemudian dengan jiwa atau ruh.
Sedangkan Ja’izul Wujud atau Mumkinul Wujud adalah suatu yang eksistensinya tidak mempunyai alasan esensial atau wajib. Ada atau tidak adanya hanya merupakan kemungkinan. Itulah yang kita kenal dengan dunia fenomena, segala sesuatu selain Tuhan, jagad raya yang tergantung adanya dan kelanjutan adanya pada Tuhan (Iqbal Abdurrauf, 1985: 62-64).
Diakui atau tidak, pemikiran filsuf muslim awal telah menjadi landasan teologis dan mistisisme Islam selama berabad-abad lamanya. Bahkan menjadi satu-satunya landasan pemikiran moral Islam yang bertahan dan terus kita pertahankan sampai saat ini. Tak terkecuali seorang Al-Ghazali, yang dalam Kitab Al-Munqiz minaz Zalal, mengkritik habis-habisan filsuf-filsuf Islam awal sebagai sesat justru dalam beberapa karyanya tetap menggunakan filsafat jiwa Ibnu Sina sebagai landasan membangun argumentasi moral.
Pertanyaannya kemudian, apa relevansi teori emansi dengan konsep pendidikan Islam? Emanasi adalah pengakuan terhadap kekuatan supranatural, bahwa kebahagiaan sejati hanya akan dicapai melalui serangkaian aktivitas ruhani yang melahirkan kebaikan moral. Seseorang disebut berakhlak terpuji jika perbuatannya berdimensi ruhaniyah dan berorientasi wajibul wujud. Sebaliknya akhlak seseorang akan tercela apabila perbuatannya lebih berdimensi duniawi, jasad, dan kebendaan, dan berorientasi ja’izul wujud. Sebagaimana dinyatakan oleh Al-Ghazali dalam Ihya’u Ulumud Din (Juz II, 253).
فنقول: الخلق والخلق عبارتان مستعملتان معاً، يقال: فلان حسن الخلق والخلق – أي حسن الباطن والظاهر – فيراد بالخلق الصورة الظاهرة، ويراد بالخلق الصورة الباطنة. وذلك لأن الإنسان مركب من جسد مدرك بالبصر ومن روح ونفس مدرك بالبصيرة. ولكل واحد منهما هيئة وصورة إما قبيحة وإما جميلة. فالنفس المدركة بالبصيرة أعظم قدراً من الجسد المدرك بالبصر. ولذلك عظم الله أمره بإضافته إليه إذ قال تعالى ” إني خالق بشراً من طين فإذا سويته ونفخت فيه من روحي فقعوا له ساجدين
Kata khuluqun dan kholqun merupakan dua term yang sama-sama digunakan. Misalnya dikatakan “seseorang yang baik akhlaknya (khuluq) dan bagus rupa fisiknya (kholq). Yang dimaksud bagus rupa fisiknya adalah bentuk lahiriyahnya, sementara kebaikan akhlak berdimensi batiniyah. Hal itu karena manusia merupakan struktur tak terpisahkan antara jasad yang bersifat inderawi serta ruh dan jiwa yang bersifat spiritual. Masing-masing deminsi lahir dan batin memiliki potensi baik dan buruk. Jiwa yang bersifat spiritual memiliki kualitas yang jauh lebih agung dari jasad yang bersifat inderawi. Oleh karena itu mengapa Allah mengagungkan dimensi ini dan mengaitkannya pada Zatnya sendiri dengan berfirman : Aku menciptakan manusia dari tanah, ketika telah selesai Aku tiupkan Ruh Ku sendiri. Maka bersujudlah wahai sekalian malaikat.
Jadi dalam pendidikan Islam, khususnya dalam konteks Aswaja di atas, pendidikan bukanlah metode belajar Unsich, tetapi merupakan cara memperoleh ilmu sekaligus keutamaannya. Berbicara keutamaan berarti berbicara tentang adab khusus, etika spesifik, atau akhlak tertentu. Adab khusus itu adalah adabus suluk, yaitu di samping belajar dimaknai untuk mencapai kebenaran dan kemanfaatan melalui ilmu pengetahuan, juga dimaknai sebagai penyucian hati, pembersihan jiwa, penjagaan waktu, dan menjauhi dunia, untuk mencapai tujuan akhir, yaitu Hadirat Allah Ta’ala. Metode pendidikan yang secara praktis diterapkan dan dipertahankan di Pesantren yang kita kenal dengan Ta’limul Muta’allim.
Dalam istilah pesantren seorang santri disebut dengan murid, yaitu orang yang mempunyai keinginan (iradah). Seorang santri sekaligus asalah seorang salik (pengelana) yang menuju satu tujuan, yaitu Allah. Dalam perjalanannya tersebut, sang murid memutuskan segala bentuk hubungan dengan prilaku dan nilai-nilai duniawi serta mencurahkan tenaga pada pengokohan aspek-aspek lain, yaitu syeikh atau guru pembimbing (syeikh al- mursyid), sesama murid, dan Allah.
Sampai pada Allah merupakan tujuan pertama dan terakhir yang tidak akan tercapai tanpa adanya seorang mursyid (pembimbing) dan teman yang menemani. Untuk itu, diperlukan adanya akhlak (adab) khusus pada murid, antara sesama penuntut ilmu, dan, di samping itu, akhlak kepada Allah.
Jika ingin menyimpulkan relasi antara syeikh dan murid, maka sebenarnya relasi itu lebih tepat disebut dengan relasi peleburan (fana’), peleburan seorang murid ke dalam syeikh. Seperti dikatakan Abu Hafash Syihabuddin Sahrawardi (w. 632 H), seorang sufi dekade akhir, bahwa ketika seorang murid yang ikhlas berada di bawah kekuasaan syeikh, menemaninya, dan berprilaku seperti prilaku syeikh-nya, maka dari batin sang syeikh mengalir keadaan (hal) ke dalam batin sang murid laksana pelita yang diambil dari pelita.
Apa yang dikatakan syeikh akan mengisi batin murid, dan kemuliaan syeikh menjadi tempat penampungan suasana psikologis (hal) yang selanjutnya mengalir dari syeikh pada murid melalui persahabatan dan kepatuhan mendengarkan kata-kata syeikh.
Kondisi ini akan dicapai apabila murid mengikatkan diri pada syeikh dan menanggalkan kehendak pribadinya dan lebur ke dalam syeikh dengan meninggalkan kebebasannya sendiri. Murid menyatu dengan Tuhan sebagai akibat percampuran dua sahabat yang meninggalkan kehendak pribadinya (Kamil Musthafa As-Syaibi, 1969: 432-433).
Fenomena paraktek pendidikan semacam ini telah berlalu selama berabad-abad sebagai karakter pokok pendidikan Aswaja, utamanya yang diperaktekkan di pesantren-pesantren. Dan Ta’limul Muta’allim adalah literatur dari sekian literatur yang turut membentuk karakter dan ciri khas tersebut. Tentu tidak bijak jika kitab Ta’limul Muta’allim dikesampingkan begitu saja dan diangga sebagai kitab yang telah habis masa berlakunya.



















BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Banyak ulama berpendapat bahwa mengucapkan “selamat Natal” dilarang oleh ajaran Islam. Di antara adanya larangan ini adalah bahwa mengucapkan “selamat Natal” berarti membenarkan ajaran Kristen.
            Ken Swiger dalam artikelnya “Should Biblical Christians Observe It?” mengatakan, “Kata “Valentine” berasal dari bahasa Latin yang berarti, “Yang Maha Perkasa, Yang Maha Kuat dan Maha Kuasa”. Kata ini ditunjukan kepada Nimroe dan Lupercus, tuhan orang Romawi”. Perayaan Valentine’s Day di masa sekarang ini mengalami pergeseran sikap dan semangat. Kalau di masa Romawi, sangat terkait erat dengan dunia para dewa dan mitologi sesat, kemudian di masa Kristen dijadikan bagian dari simbol perayaan hari agama, maka di masa sekarang ini identik dengan pergaulan bebas muda-mudi. Mulai dari yang paling sederhana seperti pesta, kencan, bertukar hadiah hingga penghalalan praktek zina secara legal. Semua dengan mengatasnamakan semangat cinta kasih.
            Iman menurut bahasa adalah  percaya atau yakin, keimanan berarti kepercayaan atau keyakinan. Dengan demikian, rukun iman adalah dasar, inti, atau pokok – pokok kepercayaan yang harus diyakini oleh setiap pemeluk agama Islam. Taqwa berasal dari kata waqa, yaqi , wiqayah, yang berarti takut, menjaga, memelihara dan melindungi.Sesuai dengan  makna etimologis tersebut, maka taqwa dapat diartikan sikap memelihara keimanan yang diwujudkan dalam pengamalan ajaran agama Islam secara utuh dan konsisten ( istiqomah ).
B.           SARAN
Sebaiknya mahasiswa dapat memehami isi dari makalah yang dibuat agar dapat memebrikan wawasan kepada mahasiswa yang luas tentang Hukum Berpartisipasi dalam Perayaan Agama Nasrani, Perayaan Valentine’s Day  sebagai Syi’ar Agama Nasrani, Aliran-aliran Sesat dan Menyesatkan yang Berkembang di Indonesia, Implementasi Iman dan Taqwa dalam Kehidupan Modern dan Pendidikan dalam Perspektif Aswaja






DAFTAR PUSTAKA
http://nusumenep.or.id/perspektif-pendidikan-aswaja-usaha-penjernihan-konseptual-bagian-1/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar